our journey

Daisypath Anniversary tickers

Minggu, 03 Juni 2012

Dua Lima, Empat, Dua Ribu Sepuluh


Kalo pakai foto saya nulisnya jadi lama, makanya akhir-akhir ini bikin tulisan yang nggak usah pake foto aja deh. Kali ini bersamaan dengan peringatan 2 tahun pernikahan saya dengan misua, maka saya akan menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan acara pernikahan saya itu. Salah satu hal yang mau saya ceritakan adalah mengenai mas kawin. Mas kawin tidaklah harus yang mahal, tetapi saya berpendapat bahwa mas kawin itu simbol dari suami yang siap menafkahi keluarganya. Makanya saya tidak mau mas kawinnya itu uang kertas yang dibentuk-bentuk lalu dibingkai dan dipajang. Habisnya kalo dipajang, apanya yang menafkahi, orang uangnya sudah rusak diuntel-untel. Sempat juga berpikir kalo mas kawinnya itu seperangkat alat sholat dan Al-Qur’an. Tetapi ternyata “misi”nya berat juga. Lalu berpikir lagi apakah tidak sebaiknya mata uang asing saja?! Alasannya adalah karena unik, dan ada negara-negara tertentu yang saya ingin datangi seperti Italia dan Jepang. Oke deh Jepang masih gampang dicari uangnya, tetapi Itali kan sudah pake Euro sekarang, mau nyari Lira kemana saya. Atau bisa juga sih mas kawinnya perhiasan emas, tetapi saya mah benci pakai perhiasan, kalo logam mulia gak apa-apa deh, tapi bingung juga bagaimana menyatukannya dengan tanggal pernikahan?? Sampai saya akhirnya menemukan sebuah ide bagus.

Pernikahan itu kan bukan hanya hablumminnanas, tetapi juga Hablumminallah. Artinya dengan menikah ada suatu bentuk tanggung jawab lain, bukan hanya bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anak, tetapi ada pertanggungjawaban di depan Allah, Tuhan Semesta Alam. Makanya sebagai simbol, mas kawin itu haruslah mewakili unsur tersebut. Lalu, bagaimana caranya? Karena saya menikah pada tanggal 25 di bulan keempat, maka angka-angka inilah yang akan saya terjemahkan ke dalam mas kawin saya.

Untuk angka 25 (tanggal) saya memilih menggunakan Dollar Amerika, alasannya adalah Dollar Amerika ini adalah mata uang yang paling gampang dicari selain Rupiah, selain itu sebagian rakyat Indonesia (garis keras biasanya) menganggap Amerika Serikat adalah simbol nafsu duniawi. Makanya sayapun memilih Dollar Amerika ini sebagai lambang duniawi. Sementara untuk angka 4 (bulan), saya memakai Dinar Emas sebagai lambangnya. Dinar Emas adalah acuan untuk pergi haji dari jaman dahulu. Maka dari itu saya menjadikan Dinar Emas ini sebagai lambang akhirat. Karena dunia dan akhirat harus seimbang bukan?! Nah, jadilah mas kawin saya dulu itu berbunyi 25 Dollar, 4 Dinar Emas, 2010 Rupiah.

Ada pertanyaan lain pasti! Kalo Dollar itu lambang dunia, dan Dinar itu lambang akhirat, kenapa jadi lebih banyak Dollar daripada Dinar? Jawabannya diandaikan seperti ini, jam Sholat sama jam kerja banyakan jam kerja kan? Tetapi jam sholat pasti keutamaannya lebih besar daripada jam kerja. Sama saja dengan ini, kelihatannya memang lebih banyak Dollar dibanding Dinar, tetapi coba dikurskan ke Rupiah, pasti lebih besar jumlahnya untuk yang Dinar. Begitulah...

Lalu apa arti Rupiah?  Nah, sekarang acuannya bukan Hablumminanas dan Hablumminalah lagi, tetapi lebih ke negara asing. Saya, sebagai warga Indonesia, sepingin-pinginnya saya pergi ke Mekkah di Arab Saudi, atau sepingin-pinginnya saya mengunjungi negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa Barat atau Jepang atau Amerika Serikat, tetapi saya akan lebih senang tinggal di Indonesia. Sama juga seperti dalam kehidupan sehari-hari, serajin-rajinnya kita ke kantor, sesering-seringnya kita ke Mesjid, tidak ada yang lebih enak dibanding kumpul bersama keluarga di rumah. Itulah arti dari mata uang yang terakhir, Rupiah = Indonesia = Rumah.

Semoga dengan lambang mas kawin saya yang mengisyaratkan banyak hal itu keluarga kami bisa menjadi keluarga yang harmonis, berkah dunia dan berkah juga di akhirat. Amin.

Menghadiri 20 tahun Disneyland Paris


Tampak depan Disneyland Park
20 tahun Disneyland Paris
Sewaktu saya berada di Paris, saya berkesempatan untuk pergi ke Disneyland Paris. Dan bertepatan dengan peringatan 20 tahun Disneyland Paris ini, mereka banyak mengadakan acara-acara khusus, juga memproduksi merchandise-merchandise unik. Berangkat dengan menaiki kereta RER yang bertingkat seharga 14 euro PP, kami pergi ke arah timur kota Paris. Jauh lho jaraknya, keretanya sendiri sih tidak terlalu rapi, banyak coret-coretan juga dan kadang-kadang tercium bau pesing dari beberapa stasiun yang kami lewati. Keretanya juga tidak ada petugasnya, malahan adanya semacam tukang minta-minta yang pakai kertas begitu (ditulis dalam bahasa inggris). Jangan-jangan peminta-minta Indonesia sempat studi banding ke Paris, untuk melihat bagaimana peminta-minta Paris ini beraksi.

 
Toko pernak-pernik Cinderela
Kastil Putri Tidur
Setelah kurang lebih setengah jam perjalanan, sampailah kami di Disneyland Paris (sempet salah naik kereta dulu hehehe). Dingiinnnn disana brrrr, kota Paris aja masih dingin, apalagi ini yang diluar paris. Saya sempet tergoda ingin beli sarung tangan Mickey Mouse yang berukuran besar karena tidak tahan dengan dinginnya. Di Disneyland Paris ada 2 parks yaitu Disneyland Park dan Walt Disney Studio’s Park. Karena keterbatasan waktu, saya hanya bisa mengunjungi Disneyland Park saja. 


ini dari Alice in Wonderland
tuh kan ada kuda-kudaan juga :p
Dengan tiket seharga 61 euro (ngok), sayapun memasuki area Disneyland Park ini. Terbagi dalam 5 area yaitu Adventureland, Frontierland, Main Street USA, Fantasyland dan Discoveryland yang menawarkan wahana-wahana yang berbeda-beda (ya, iyalah). Wahana-wahana yang ada di dalam Disneyland Park ini tentu saja mengambil dari berbagai film dan cerita yang pernah dibuat oleh Walt Disney, walaupun sebetulnya di semua taman bermain itu sama sajalah bentuknya (tinggal kreatifitas rute dan pengisian ornamen). Seperti roller coaster, kalo di Dufan, namanya Halilintar, kalo di Disneyland Paris ini namanya Indiana Jones. Atau istana boneka, kalo di Dufan namanya apa ya lupa, tapi kalo di Trans Studio Bandung namanya Petualangan si Bolang. Isinya sama aja sih, boneka gerak-gerak doang. Tapi rutenya dan isi bonekanya yang beda. 


PeterPan bukan ya?

gak tau ini apaan hehehe
FYI, selama di Disneyland Park ini saya gak naik wahana apa-apa lho (what?!). Iya, soalnya waktunya terbatas, jadi cuma foto-foto dan nungguin emak-emak belanja. Overall sih saya suka pergi ke taman bermain seperti ini. Tapi memang tidak terlalu antusias, mungkin karena saya pribadi tidak terlalu menggilai tokoh-tokoh disney. Lain halnya kalo saya diajak pergi ke Shueisha-Land, Shogakukan-Land, Toei-Land mungkin saya sudah bawa-bawa baskom hasil dari tangis bahagia saya hehehe....

Tapi..meskipun saya gak terlalu tertarik, saya beli Puzzle 1000 Pieces lho, buat kenang-kenangan bahwa saya pernah kesini. Habisnya mau beli baju sayang (di pasar jatinegara juga banyak), mau beli pajangan, sayang juga, gak ada tempat buat majangnya dan takut pecah juga. Akhirnya beli puzzle aja deh supaya sekalian main :D