Setelah sebelumnya pergi ke Guangzhou, akhirnya saya berkesempatan untuk mengunjungi Beijing. Perjalanan saya dimulai dengan menaiki pesawat Full Board Airlines yang transit di Hongkong, bandaranya bersih dan rapi, tapi karena besar sekali jadi transitnya agak ngos-ngosan. Ketika transit, saya mencoba makan McD ala Hongkong, yang gurihnya kalah sama Indonesia punya. Lalu antara Hongkong – Beijing, saya di-servis MOML yang artinya Moslem Meal, tapi ternyata oh ternyata, moslem meal ala mereka adalah masakan kare india, huhuhu T_T saya gak terlalu selera.... tapi ini lebih baik dibanding masakan ketika pulang yaitu steam ikan, aduh...saya benar-benar merindukan rawon buatan ibu saya.
Hari pertama, kami mengunjungi lapangan tianmen, lapangan yang sangat luas ini sekarang jadi tempat berkumpulnya turis, ada semacam televisi besar yang ada ditengah-tengah lapangan, ada juga berbagai macam bunga yang dirangkai hingga membentuk lampion. Oiya, di lapangan ini pernah terjadi peristiwa berdarah pada tahun 1976 dan 1989. Peristiwa berdarah yang disebut sebagai Insiden Tianmen ini mirip-mirip dengan Tragedi 1997nya Jakarta....
Di sebelah utara Lapangan Tianmen ini ada Istana dari zaman Dinasti Ming dan Dinasti Qing, di dalam komplek istana ini terdapat juga Forbidden City. Kenapa disebut Forbidden City? Karena zaman dulu orang-orang di dalam istana ini tidak diperbolehkan keluar dari istana, begitu juga dengan orang-orang di luar istana (rakyat) tidak diijinkan masuk ke dalam. Pada dasarnya saya memang suka dengan hal-hal yang berbau kerajaan, berada di kompleks yang super mewah ini berhasil membawa saya merasakan atmosfer kerajaan tempoe doeloe dan sekaligus membuat saya berkhayal jika saya menjadi salah satu dari putri-putri itu. Berada di sebuah kompleks kerajaan dengan aturan kaku pasti membuat siapapun merasa menjadi burung dalam sangkar, tetapi pasti ada saja hal yang menarik yang hanya bisa terjadi di lingkungan kerajaan seperti ini (tanpa sadar saya sudah punya ide cerita kerajaan hihihi...).
Oya, di dalam kompleks saya juga melihat kamar permaisuri (yang berwarna emas) dan kamar selir (yang berwarna hijau) lalu berjalan agak ke belakang ada taman dalam. Konon, katanya selir-selir suka berkumpul pada sore hari di taman ini lalu raja yang mengamati (entah dari mana) akan memilih salah satu dari mereka untuk menemani raja malam itu. Mirip sekali dengan pemandian taman sari di Yogya yahhh...hehehe.... Di sekeliling kompleks ini ada sungainya lho, dan sungai ini adalah sungai buatan. Jadi tanah di sekililing kompleks dikeruk agar menjadi sungai, lalu tanahnya dijadikan bukit buatan di utara istana. Maksudnya adalah mereka ingin ada keseimbangan antara air – tanah – api. Lho, apinya mana? Apinya adalah warna merah di istana.
Nah, hari kedua saya mendapat anugerah untuk pergi ke salah satu dari 7 keajaiban dunia yaitu...Tembok Besar China...yeay!!! kenapa anugerah? Karena saya tidak pernah bisa membayangkan untuk bisa datang kesini. Benar-benar cantik sekali, dan temboknya ini bisa masuk mobil lho, kebayang kan betapa besarnya. Namun sayang sekali karena kabut, jadi dokumentasi yang saya abadikan agak terasa kurang jelas.
Setelah dari Tembok Besar China, saya pergi ke Summer Palace, Istana peristirahatan raja di musim panas yang cantik dengan danau yang super luas, yang sayang sekali, lagi-lagi karena kabut jadi saya tidak bisa mengabadikannya secara baik. Lalu saya juga mengunjungi stadion sarang burung (meskipun cuma dari seberang jalan).
Perjalanan saya yang singkat tapi padat ini diakhiri dengan pergi ke Yashow Clothing Market. Hal yang paling menyebalkan di China adalah berbelanja oleh-oleh, karena nawarnya mesti adu otot. Selain itu, sebetulnya hampir semua barang ada di Indonesia, ditambah lagi susahnya mencari oleh-oleh untuk laki-laki. Maafkan aku suamikuuu....
Oya, ada lagi yang aneh, untuk amannya selama di Beijing kami makan di restoran yang bersertifikat halal terus. Tapi ada yang menggelikan nih, ketika kami makan di sebuah restoran timur tengah, disana ada pertunjukan tari perut!!! What the?!?! Emang sih timur tengah identik dengan tari perut, tapi jangan sampe deh nanti orang-orang mengira bahwa muslim itu kerjaannya tari perut doang. Sama dengan pesawat yang saya tumpangi mengira muslim = india = kare...blegh....
NB : pada perjalanan saya kali ini, saya baru benar-benar mengetahui apa yang mbak Claudia Kaunang katakan sebagai “Pergilah melihat dunia karena dengan cara itulah kita baru bisa mensyukuri negeri sendiri”. Beijing memang mengemas wisatanya sedemikian rupa sehingga saya merasa senang disini. Tetapi, tetap saja saya merasa sesuatu yang kurang, seperti budaya kerajaan yang sama sekali hilang (di Jogja masih ada lho), lalu guide saya ngotot membawa saya ke teras panjang di summer palace yang buat saya sih kalo difoto masih lebih bagus lorong di FEUI yang menuju ke kantinnya hahaha.... kebersihan mereka pun masih satu sama dengan kita. Yaahh, walaupun saya tidak menyangkal bahwa bandara kita benar-benar kalah kelas hehehe.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kerennnn angyoe!!! mau dong ke Great Wall China!!!! >_<
BalasHapus